Nampak Allysia saat mengambil dompet dalam prosesi kurungan sebagai puncak tradisi tedak siten. Foto: Ali Bustomi/
Uniknya Tradisi Tedak Siten
Sang Ayah pun Gembira saat Allysia Ambil Dompet
31 Okt 2017 17:04 WIB | OLEH: ALI BUSTOMI/AWL
KUDUS – Banyak kekayaan warisan tradisi Jawa lambat laun mulai dilupakan seiring kemajuan zaman. Salah satunya ‘tedak siten’, tradisi turun ke tanah pertama untuk anak tersebut, kini menjadi tradisi yang cukup menarik lantaran jarangnya orang mau menjalani tradisi ini.
Suasana cukup ramai ketika acara puncak tedak siten Allysia Zhavendra Quensha Himawan. Para tamu undangan cukup antusias melihat prosesi saat si bocah yang dipanggil Allysia tersebut dimasukkan ke kurungan. Sesaat kemudian, sorak disertai tepuk tangan pun menggema ketika Allysia memilih mainan dompet, dari tiga mainan yang disediakan.
Ya, memilih barang saat puncak acara tedak siten memang menjadi adegan yang selalu dinantikan. Dari tiga benda yang disediakan yakni dompet, handphone dan buku, Allysia langsung meraih dompet yang memang berwarna warni.
”Ya dompet memang kami sediakan melambangkan kemapanan secara ekonomi. Ini tentu dengan harapan agar anak ketiga saya tersebut sukses di masa depannya,” ujar Satria Agus Himawan, sang ayah.
Menurut Satria, dirinya sengaja menggelar tradisi tedak siten sebagai upaya melestarikan budaya Jawa. Warga Desa Prambatan Lor RT 9/RW I, Kecamatan Jati tersebut, sepakat dengan isterinya Aisyah Safitri untuk menjalani tradisi tedak siten ini lantaran banyaknya filosofi yang terkandung di setiap prosesinya.
Dalam pelaksanaan tedak siten, menurut Satria, ada sejumlah prosesi lain yang masing-masing mengandung makna mendalam. Tedak siten diawali dengan membasuh kaki si anak oleh oarang tua, kakek dan neneknya. Hal ini sebagai simbol untuk mengawali niat yang baik diperlukan jasmani dan rohani yang bersih.
Selanjutnya, si bocah dibimbing ayah dan ibunya untuk menginjakkan kakinya pada tanah untuk pertama kali. Kemudian di titah menginjak tujuh wadah ketan warna warni yang sudah disediakan.
“Warna tersebut melambangakan sifat kebaikan. Merah lambang keberanian, putih kesucian, hitam kecerdasan, kuning kekuatan, biru kesetiaan, pink cinta kasih, dan ungu ketenangan,” jelasnya.
Selanjutnya sang bocah, dituntun menaiki tangga yang terbuat dari batang tebu. Hal ini melambangkan agar sang bocah kelak mempunyai niat yang kokoh dalam mencapai puncak cita-citanya dengan pertolongan Allah SWT.
Baru pada puncaknya, sang anak dimasukkan ke kurungan lengkap dengan hiasan warna-warni yang didalamnya diberi berbagai peralatan sebagai simbol cita-cita yang bisa diraih sang anak kelak.
Setelah prosesi kurungan selesai, prosesi pun dilanjutkan dengan berdoa dan menyebarkan udik-udik (beras dan uang) kepada para tamu. Ritual ini bertujuan untuk memperkenalkan si anak untuk membagi kasih dan perhatian kepada sesama.
Kemudian tedak siten diakhiri dengan linggeh (duduk) ketan yang terlebih dulu didoakan kiai setempat pada prosesi tedak sinten tersebut. Para anggota keluarga dan tetangga bersuka cita, menyambut si buah hati.