Prof Agus Maladi, sang Penggerak Kesenian itu Telah Berpulang


Prof Agus Maladi Irianto.

SEMARANG- Prof Dr Agus Maladi Irianto MA, dosen Fakultas Ilmu Budaya Undip dan penggerak kesenian meninggal dunia, Jumat (15/3) di RS Dokter Kariadi setelah melalui perawatan panjang selama sakitnya. Agus Maladi meninggal setelah sakit selama lebih dari setahun lalu. Almarhum beberapa kali keluar-masuk rumah sakit, dan terakhir dirawat di ruang 405 Paviliun Garuda Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang, hingga wafatnya Jumat dini hari tadi.

Selama sakitnya, dia ditemani oleh istri terkasihnya, Ana Lisnawati. “Mas Agus sudah sakit sejak lebih setahun lalu, dan keluar-masuk rumah sakit beberapa kali,” ujar Ana Lisnawati Kamis siang kemarin, saat tiga teman SMA almarhum menjenguknya.

Ana juga menceritakan, beberapa waktu lalu ada keponakan Agus Maladi yang menikah di Wonosobo. Meski dalam kondisi sakit, Agus ingin menunggui keponakannya menikah. “Kami pun berangkat, dan selama perjalanan, saat di Wonosobo, sampai pulang Mas Agus tampak sangat sehat. Hanya tiga hari kemudian masuk rumah sakit lagi,” ujar Ana Lisnawati.

Agus Maladi lahir di Wonosobo, 4 Agustus 1962. Lulus SD Pius Wonosobo melanjutkan ke SMP Negeri 1 Wonosobo, kemudian masuk SMA Negeri 1 Wonosobo. “Saya ingin seperti Om Bambang Soembino jadi wartawan,” katanya suatu saat.

Maka kemudian dia pun mendaftar di FISIP Undip jurusan Komunikasi. Tetapi tidak diterima, dan diterima di jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra (sekarang FIB) Undip pada tahun 1981. “Pada saat itu juga, sebenarnya saya diterima di STAN. Tetapi ibu tidak mengizinkan saya untuk kuliah di Jakarta,” ujar anak bungsu yang tidak manja ini.

Selanjutnya dia kuliah di Fakultas Sastra Undip. Semasa mahasiswa banyak kegiatan kesenian yang diikutinya, seperti di Teater Emper Kampus Fakultas Sastra dan Kelas Teater Undip. Bersama teman-teman seangkatannya seperti Prof Agus Nuryatin (Wakil Rektor IV Unnes), Dr M Kanzunnudin (dosen UMK Kudus), dan Widiyartono R (wartawan Wawasan), Hening Ismonowati (Banjarnegara) mereka terlibat dalam Teater emper Kampus, dan pernah pentas di ebrbagai kota seperti Rembang, Salatiga, Solo, dan tentu saja di Semarang.

Kecintaannya pada teater, mengantarkannya untuk membentuk Teater Waktu yang beberapa kali pentas dengan dia sebagai sutradara dan penulis naskah seperti Opera Bulan Sepotong, Opera Bulan Jalanan, Opera Bulan Dalam Gelas, Opera Sapu Tangan, Opera Dukun Tiban, Pesta Pelangi.

Selama kuliah dia juga menjadi wartawan Pos Kota, kemudian Jakarta-jakarta, dan bergabung dengan Koran Sore Wawasan, sebelum dia memutuskan sepenuhnya untuk menjadi dosen di Fakultas Sastra Undip.

Dia juga pendiri majalah kampus Hayamwuruk yang sampai sekarang masih terbit sebagai media kampus Fakultas Ilmu Budaya Undip. Terlibat di koran kampus Manunggal  bersama Amir Machmud NS (Ketua PWI Jateng) dan Wahyu Rudhanto (dosen PTIK).

Kecintaannya pada kesenian juga menjadikannya rumah tinggal di Lamper Tengah menjadi tempat kegiatan kesenian bernama Lengkong Cilik. Tokoh-tokoh kesenian dan kebudayaan seringkali diundang di  Lengkong Cilik untuk berdiskusi, juga mendatangkan aneka kesenian unik berbagai daerah seperti bundengan. (Wonosobo), Srandhul (Kendal), dan sebagainya.

Agus Maladi yang akrab di panggil Ami juga pernah menjadi Ketua Dewan Kesenia Semarang (Dekase) dan tercatat menjadi Pembina sampai saat ini. Di FIB Undip dia tercatat sebagai Ketua Program Studi Ilmu Susastra setelah sebelum menjabat sebagai dekan.

Begitu banyaknya kegiatan yang dilakukan Agus Maladi, sehingga tampaknya dia tidak merasakan ada gangguan di livernya. “Dulu saya pernah kena hepatitis B. Mungkin penyembuhannya tidak sempurna dan efeknya saya rasakan sekarang,” ujarnya beberapa bulan lalu, ketika dia mulai merasakan sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit.

Agus Maladi Irianto, penderitaanmu sudah selesai. Tenanglah engkau di sisi Allah. Kami, sahabat-sahabatmu, akan selalu mengenangmu.

 

Widiyartono R

 

 

Penulis :
Editor   : edt